Seo Services

Pimpinan Ponpes di Bandung Diduga Cabuli Puluhan Santriwatinya

Foto : ilustrasi

Bandung
- Sedikitnya, 20 santriwati berusia di bawah umur diduga menjadi korban pencabulan NR (42), pimpinan pondok pesantren di Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kasus tersebut terungkap setelah salah satu korban berani angkat bicara dan melaporkannya setelah beberapa tahun bungkam. Kuasa hukum korban, Deki Rosdia menjelaskan awal mula terbongkarnya kasus tersebut, lantaran adanya kabar pelaku masih membuka praktik pengobatan. 

"Pelaku memang pimpinan ponpes, dan merupakan anak dari seorang kiai yang memiliki Pesantren di Kopo, Cirangrang," katanya saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/8/2022). 

Deki mengatakan, korban yang memintanya untuk menjadi kuasa hukum mengaku pertama kali dicabuli sejak masuk pesantren pada 2016. Saat itu, korban masih kelas 1 SMP. Menurutnya, pelaku memanfaatkan kepatuhan santri untuk menjalankan perbuatan bejadnya. Keterangan korban, pelaku awalnya memanggil korban dan menyuruhnya bersih-bersih. Kemudian, pelaku meraba-raba korban, menciuminya, kemudian mencabuli korban. 

 "Korban itu diperdaya, dengan berbagai bahasa nanti tidak berkah ilmunya, secara hukum harus nurut gurunya. Bahkan, ketika tidur pun kadang korban dicabuli," ungkapnya. 

Tak sampai di situ, saking seringnya pelaku mencabuli korban, hingga menyebabkan korban lupa berapa kali dicabuli oleh pelaku. Bahkan, korban mengaku satu minggu sebelum dijodohkan dengan salah seorang santri. Pelaku masih mencabuli korban. 

 "Dijodohkan pada tahun 2020, korban juga bilang ke suaminya dicabuli sama pelaku, tak berani lapor karena ada ancaman dari pelaku," tambahnya. 

Deki menyebut, sebanyak 12 orang teman kliennya menjadi korban pelaku. Belum lagi pengakuan dari Ketua Rohis kala itu yang menyebut ada 4 orang anggota Rohis yang juga jadi korban. 

Belum lagi beberapa orang yang sudah keluar dari pesantren yang mulai berani bicara. Termasuk salah satu keponakan paku yang juga menjadi korban. Rata-rata korban tak berani bicara, karena malu dan kerap mendapatkan ancaman selama berada di pondok pesantren. 

 "Jadi memang pelaku menjalankan aksinya sudah lama, ada dugaan dari tahun 2010. Karena tahun 2012 itu ternyata sudah ada korban. Kalau dihitung berdasarkan pengakuan korban ada 20 korban, semua terungkap ketika pelaku sudah bercerai dengan istrinya," kata dia. 

  Modus Praktik Pengobatan Rukiah 

Selain menjadi pimpinan pondok pesantren, pelaku juga mengaku sebagai ahli hikmah, yang dipercaya bisa melakukan pengobatan. Pelaku memanfaatkan kemampuannya itu untuk melancarkan aksi bejadnya. Setiap pasien disuruh masuk ke dalam kamar berdua dengannya, kemudian pelaku meraba-raba dari muka hingga bagian bawah korban. 

 "Jadi sekarang pelaku itu pindah ke pesantren di Kopo Cirangrang, dan prakteknya masih buka," ujar dia. 

Tidak hanya santri di pondok pesantren saja yang menjadi korban. Namun, ada pihak luar yang juga menjadi korban. Modus yang dilakukan untuk korban di luar pesantren, sambung dia, dengan mengajaknya berenang. 

"Puncak kasus ini terungkap, setelah bercerai dengan sang istri bulan lalu, jadi banyak yang mengadukan pada mantan istrinya ihwal tindakan pelaku," jelasnya. 

Pihaknya mejelaskan, sang istri telah mengetahui tindakan dari pelaku. Bahkan, pengakuan sang istri, sejak 2012 pelaku kerap melakukan tindak di luar batas wajar bersama wanita selain istrinya. Tak hanya itu, pelaku juga mengaku kerap melakukan tindakannya saat mempraktekan pengobatan. 

"Saat itu pelaku berjanji kepada mantan istrinya tidak akan melakukan praktik pengobatan yang tidak sesuai dengan norma syariat Islam. Pelaku berjanji akan mengubah sikap," beber dia. 

 Sudah Melapor ke Polisi 

Saat ini pihaknya sudah melaporkan kasus tersebut ke pihak kepolisian. Namun, polisi memintanya melengkapi berkas laporan. 

"Kita akan datangi lagi pihak Polresta Bandung, untuk menyampaikan laporan secara lengkap," katanya.  

Pencabulan Anak Kiai Kini, sambung Deki, pelaku kembali mengancam para korban. Saat ini kondisi korban sedang dalam keadaan tertekan. 

"Kita merangkul beberapa lembaga perlindungan dan psikolog, dampak ini ke korban jadi perlu pendampingan secara professional. Rencananya, dalam waktu dekat akan ada pendampingan dari KPPA pusat," kata dia. 

Pihaknya menambahkan, pondok pesantren yang dipimpinnya saat ini sudah dalam keadaan kosong. 

"Waktu saya ke ponpes, saya suruh pulang santri dan santriwati. Pekan lalu saya datangi pesantrennya," tutur dia. 

Penyelidikan Sementara itu, Kapolresta Bandung Kombes Po Kusworo membenarkan adanya kasus tersebut. Ia menyebut saat ini tim Polresta Bandung sedang melakukan lidik.

"Minta waktunya, saat ini kasus tersebut sedang dalam lidik," katanya kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Senin (15/8/2022).

Ia meminta semua pihak untuk bersabar, agar pengungkapan kasus tersebut bisa segera disampaikan ke publik. "Hari ini anggota sedang melakukan lidik, semoga cepat rilis," pungkasnya. 

Namun, pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut terkait kasus tersebut.***

Tidak ada komentar:

ads 728x90 B
Diberdayakan oleh Blogger.